“Ketika Wali Berhenti, Cinta Tetap Meniti”: Drama Ijab Kabul Sasuke & Manohara.


Pagi itu, mentari Konoha bersinar lembut, seakan ikut merestui langkah dua insan yang akan mengikat janji suci. Sasuke dan Manohara telah berdandan rapi. Hati mereka berdebar, bukan hanya karena ijab kabul yang akan diucapkan, tetapi juga karena keyakinan bahwa hari ini adalah awal dari hidup baru yang penuh doa dan harapan.

Di KUA Konoha, Pak Naib telah menyiapkan berkas, Pak Modin Naruto sibuk mengatur meja dan sajadah. Semua berjalan sesuai rencana. Namun, di balik itu, ada satu hal yang sering terlupakan oleh banyak orang: selain memenuhi rukun dan syarat nikah, ada hal penting yang harus dijaga, yaitu komitmen wali untuk tetap istiqomah menjadi wali nikah. Sebab tanpa wali, ijab kabul tak akan pernah sempurna.

Dan benar saja, menjelang prosesi dimulai, kabar mengejutkan datang. Wali Manohara, sang ayah, tiba-tiba menolak menikahkan putrinya. Alasannya? Hanya ia dan Allah Yang Maha Mengetahui. Semua terdiam, waktu seperti berhenti. Manohara menunduk, air matanya nyaris jatuh. Sasuke menggenggam jemarinya, berusaha menenangkan meski hatinya pun bergetar.

Pak Naib dan Pak Modin Naruto bergegas mencari sang wali. Mereka menapaki gang-gang kecil Konoha, mengetuk pintu demi pintu, hingga akhirnya bertemu. Suasana tegang. Kata-kata terpilih dikeluarkan, dibalut dengan kesabaran dan doa. Setelah cukup lama, hati sang wali mulai luluh. Ia setuju untuk melakukan tawkil wali, mewakilkan pernikahan putrinya kepada Pak Naib.

Dengan langkah tergesa namun penuh lega, Pak Naib kembali ke KUA. Semua mata menatapnya, menanti kabar. Dan ketika ia mengumumkan bahwa prosesi bisa dilanjutkan, ruangan itu seakan dipenuhi cahaya kebahagiaan.

Ijab kabul pun dimulai. Suara tegas Pak Naib menggema, diikuti sahutan mantap dari Sasuke. "SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA MANOHARA BINTI ARYA KAMANDANU......................................" di sahut oleh para saksi dan Hadirin dengan serempak “Sah!”. Manohara menunduk, menahan air mata haru. Sasuke tersenyum, menatapnya penuh rasa syukur.

Namun hari itu memberi pelajaran penting—nikah tidak hanya kompak mengucapkan “Sah”, tetapi juga kompak menjaga hati, komitmen, dan janji yang telah diikrarkan di hadapan Allah. Karena pada akhirnya, rumah tangga bukan sekadar dimulai dari ijab kabul, melainkan dari kesungguhan menjaga amanah hingga akhir hayat.